Duh, Indonesia Banyak Kekurangan Insinyur

Insinyur Indonesia
Foto : Pixabay.com

Insinyur Indonesia – Syarat sebuah bangsa bisa bersaing dengan bangsa lainnya, adalah kualitas sumber daya manusianya. Mengutip pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kualitas sumber daya manusia atau SDM sebuah bangsa, kunci utama kemajuan negara. Semakin baik dan mumpuni kualitas SDM sebuah bangsa, semakin maju bangsa tersebut.

Jepang maju karena SDM berkualitas. Pun Cina yang sekarang menggeliat jadi raksasa dunia, ditopang oleh SDM yang berkualitas. Begitu juga dengan India, Korea dan negara menengah yang sekarang mulai mengejar negara-negara yang sudah mapan. Mereka didukung oleh SDM yang berkualitas dan mumpuni. Sehingga, mereka pun dengan mudah mulai menguasai bahkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan baru, terutama di bidang teknologi dan informasi.

Bagaimana dengan Indonesia? Tentu kita berharap, kualitas SDM di Tanah Air makin baik. Dan, kita setidaknya mulai bisa tersenyum, ketika beberapa anak bangsa mulai unjuk gigi bahkan dilirik dunia internasional. Terutama anak muda yang tampil dan berkiprah di sektor ekonomi kreatif. Salah satunya di bidang teknologi dan informasi.

Apalagi Indonesia harus menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dan, salah satu syarat agar bisa bersaing dengan negara-negara satu kawasan yang terikat dengan MEA adalah kesiapan dari sisi SDM. Karena di era MEA, persaingan jadi terbuka. Termasuk di bidang tenaga kerja. Bila SDM kita lemah, kurang berkualitas, tentu akan kalah bersaing dengan tenaga kerja dari negara tetangga. Tentu, kita tak ingin tenaga kerja asing lebih menguasai segala lini pekerjaan di Indonesia.

Sudah siapkah Indonesia? Kita jangan pesimis, Indonesia harus siap. Seperti kata Pak Jokowi, kita jangan takut, karena negara lain pun takut dengan Indonesia. Namun, ada sebuah fakta yang harus jadi cambuk bagi kita mengejar ketertinggalan.

Fakta tersebut adalah tentang jumlah insinyur di Indonesia. Ternyata, jumlah insinyur di Indonesia masih sangat kurang. Tentu ini pekerjaan rumah bersama, agar Indonesia tak kekurangan insinyur. Terutama ini, pekerjaan rumah pemerintah, khususnya lagi pekerjaan rumah dunia pendidikan.

Tentang masih kurangnya jumlah insinyur di Indonesia, saya baca dari berita yang dimuat harian Kompas edisi Jumat, 23 Januari 2015. Dalam berita berjudul,” Jadikan Pasar Tunggal Peluang,” dalam beritanya Kompas mengutip pernyataan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bobby Gafue Umar. Bobby Umar dalam pernyataannya mengatakan, saat ini Indonesia memiliki 750.000 insinyur. Tapi kata Bobby lagi, hanya 45 persen dari jumlah insinyur tersebut yang bekerja sesuai bidangnya. Sisanya bekerja di bidang yang beda,.

Dengan jumlah insinyur sebanyak itu lanjut Bobby, Indonesia terendah se-Asean dalam hal rasio jumlah insinyur per satu juta penduduk. Rasionya hanya 3.038 orang per satu juta penduduk.

Sebagai perbandingan, jumlah insinyur per satu juta penduduk di Singapura sebanyak 28.235. Indonesia juga masih kalah oleh Vietnam, dimana rasio jumlah insinyur per satu juta penduduk di negara tersebut mencapai 8.917 orang. Di Filipina Rasionya 5.170 insinyur.

Sementara di Thailand, rasio insyinyur per satu juta penduduk mencapai 4.121. Bahkan oleh Myanmar, dalam hal rasio jumlah insinyur masih kalah. Kata Bobby, Indonesia kekurangan 120 ribu insinyur untuk lima tahun mendatang.